Setidaknya dalam beberapa bulan terakhir ini ada dua persoalan yang menjadi pembicaraan ramai di atmosfir penulis blog di Indonesia: Roy Suryo dan Anne Ahira. Karena ditulis bak kenduri dan “keroyokan” besar — dibantu oleh kepedulian terhadap standar Web sehingga terangkat pada peringkat atas di mesin pencari — atmosfir ini mengundang banyak tamu untuk berkomentar.
Di antara komentar, yang tentunya jumlahnya lebih banyak lagi dari jumlah tulisan, terselip beberapa sindiran atau kalimat-sedikit-mengejek (entah serius atau sekadar bercanda), yang mempertanyakan alasan para penulis blog meributkan sesuatu, misalnya:
- Buat apa sih ribut? Yang setuju silakan, yang tidak urus lainnya;
- Hebat banget tokoh kita ini, sampai-sampai banyak yang meributkannya, membahas, dan buang-buang waktu;
- Ah, semua orang sudah tahu kok. Biar saja dia dianggap pahlawan oleh media.
Tentu saja, tidak semua komentar seperti itu perlu direspon. Ada hal yang lebih penting, yaitu memahami “gerakan” yang disebut “ribut-ribut” ini. Antara lain karena memang sedang terjadi perubahan dan penyeimbangan kekuatan.