Pada mulanya saya memilih perbandingan ukuran lebar di kamera saku untuk memotret panorama. Ini lazim jika diingat di depan bentang yang sangat indah, kita ingin merekam keindahan “selebar” mungkin, ketinggian dapat dikompromikan. Bahkan moda penyambungan (“stitch”) pernah saya coba walaupun memang perlu ketepatan di bagian penyambungan secara khusus.
Namun belakangan ini, saya tambah menikmati ukuran lebar untuk banyak hal di sekitar. Kamera saku yang memang saya bawa-bawa untuk keperluan sehari-hari saya setel untuk ukuran “Wide.” Karena sudah cukup sering, rasio lebar itu lebih terasa enak di layar kamera pun setelah ditampilkan di halaman web. Termasuk saat dipajang di Flickr.
Bukan berlebihan juga untuk merekam kaki langit hingga awan di atas, seukuran sudut tengadah kita, ukuran lebar ini pun tetap enak digunakan secara portrait.
Tidak heran jika kebiasaan juga yang melekat pada seseorang sehingga saya baca julukan “master of square” untuk pemotret yang terbiasa dengan format bujursangkar dari film seluloid. Widianto Nugroho pernah menyebut alternatif tema yang menarik jika ingin berpameran: kedekatan pemotret dengan alat, yaitu kamera.
Soalnya setiap hari dijinjing, diajak ikut.
Kereeen..sukaaa…
Kemaren-kemaren..aku sempet coba mode ini *dengan kamera pinjaman tentunya ;))…dan cukup mengasikan bisa..