Bulan Juli yang telah lewat berisi hal-hal patut disyukuri. Saya bertemu dengan sobat-sobat teman lama yang mengenal saya sebagai narablog, mengobrol dan memberi motivasi kepada teman-teman baru. Ringkasnya: bersinggungan lagi dengan era lama. Memang terbersit perasaan khawatir: dapatkah saya cukup konsisten menyelami lagi “dunia lama” tersebut, sebagai penulis blog? Sementara aneka ragam permainan baru bertebaran dan memikat di Ranah 2.0. Sumber daya saya tetap atau terbatas, sedangkan pernik yang ditangani bertambah. Jika tak cakap mengelola, aktivitas tersebut dapat terbengkalai menjadi kegiatan sesaat.
Blog-foto telah saya jelajahi di Flickr dan komunitasnya. Tentu ini bukan representasi menyeluruh tentang photoblogging di Indonesia. Saya sendiri merasa seperti “sok bergaya” memajang foto di Flickr kemudian beranggapan sebagai photoblogger. Jangan khawatir: saya termasuk yang memasang definisi longgar untuk kegiatan blog. Semua orang berpotensi untuk ikut di dunia blog dan banyak cara menyajikan ide kita. Ini cerita panjang dan biasanya sudah disajikan di acara-acara perbincangan dengan narablog.
Blog-mikro pun menjadi marak. Pengulangan 140 karakter untuk menggerakkan massa kerap memudahkan mereka yang sibuk. Dengan pembatasan jumlah huruf, ungkapan yang bersuasana semi-provokatif atau mengundang penasaran menjadi candu. Jonru Ginting sempat menulis sentilan di Notes Facebook akan kemungkinan para narablog kecanduan blog-mikro dan status Facebook, sehingga atmosfir blog negeri ini tampak lesu. Padahal belum tentu demikian, menurut saya.
Pertemuan saya dengan Diki Andeas di Taman Hutan Raya Juanda memunculkan inspirasi komik sableng gejala Priyadingistis. Istilah tersebut — kendati saya salah sebut — sudah saya baca sehari sebelumnya di salah satu tulisan di Facebook. Keputusan Diki menyerahkan banyak urusan dapur komiknya ke jasa gratisan menarik dipelajari: komik tetap jalan dan kapasitasnya sebagai salah satu pemrogram Ruby di rimba industri TI Bandung-Cimahi kian kemilau bak batu akik.
Layanan gratis? Betul, salah satu fenomena kebangkitan kembali pengguna layanan gratis tidak ada kaitan dengan isu lama kredibilitas atau kantong kere. Sebaliknya, keandalan dan kepraktisan tinjauan utama. Barangkali Budi Rahardjo sudah sejak lama menyadarinya, pengakuan Diki merupakan kesimpulan penting: semakin tidak ada kesempatan untuk patroli tempat hosting sendiri.
Memang sering menjadi melelahkan: para penasihat keamanan Web berteriak lantang agar setiap ada penambalan perangkat lunak segera dipasang. Itu berarti sekian langkah cara penambalan harus diikuti. Termasuk ancaman terlihat-sepele-namun-ditanggung-sendiri: buat dulu salinan sistemmu. Waktu yang kian sempit untuk pasangan hidup, sedangkan hidup yang paripurna tidak hanya di Net.
Sedikit atau banyak hal-hal tersebut menginspirasi saya. Diawali dengan keputusan: pertikaian filosofis Movable Type atau WordPress harus dihentikan. Hal-hal emosional yang menyertai pilihan tersebut diakhiri: Movable Type tetap digunakan. Disertai tambahan: jangan bermimpi menjadi perancang situs Web, sekalipun memahami CSS. Saya sudah faham sejak awal: merancang situs Web lebih transendental dibanding memahami spesifikasi XHTML/CSS.
Hasilnya: kembali ke tampilan sederhana dan pilih yang paling mudah. Termasuk biarkan aneka navigasi dalam bahasa Inggris, sesuatu yang dulu harus saya ubah menjadi berbahasa Indonesia. Toh, pengunjung situs saya bukan datang untuk melihat desain elegan; sihir kata-kata lebih menjanjikan untuk saya pelajari.
Perlu ada sesuatu yang ditekuni dalam hidup, kendati di ujung nanti beragam hasil. Dengan pertimbangan tersebut salah satunya, saya ingin menekuni bekal yang sudah saya miliki di masa lalu dan melanjutkan dengan banyak hal menarik sekarang ini atau mendatang.
Terima kasih semua.
Saya termasuk yang masih “bersetia” dengan blog/blog foto, mungkin karena saya relatif “konservatif” dan kadang skeptis terhadap teknologi :)
kalau saya tergantung kesempatan dan ketersediaan sumber daya saja, maunya sih meluangkan waktu khusus, tapi tak pernah kesampaian. ngomong-ngomong, senang sekali bisa mampir di coretmoret lagi… :)
saya juga sering posting foto di blog. Tapi juga terkadang nuli yang agak panjang. Yah tergantung mood ja hehe.. salam kenal mas.