Blog Foto

| 5 Comments | No TrackBacks

Seperti halnya perkenalan saya dengan aktivitas menulis di blog, pengalaman menekuni blog foto (photoblog) memiliki banyak kemiripan. Sampai saat ini, saya masih tergolong sebagai pemotret amatir dengan bekal kamera saku 2 megapiksel di kantong. Saya akan menceritakan kegiatan tersebut di bawah ini.

Rain Fell Yesterday Afternoon

Pertama dan penting adalah keinginan yang cukup untuk “bercapek-capek memotret”. Sama seperti penulis blog yang justru mengeluarkan daya dan ongkos untuk memasang artikel secara teratur, melakukan pemotretan dan pemasangan di situs Web adalah keharusan untuk pelaku blog foto. Berbeda dengan album foto yang cenderung disediakan statis (dan benar-benar perpindahan fungsional dari album lama), blog foto “lebih hidup” dengan cerita yang dipaparkan lewat foto oleh si pemotret. Kehidupan sehari-hari yang dijumpai si pemotret itu sendiri merupakan contoh tema yang diangkat di blog foto.

Sampai hari ini saya belum pernah mengkhususkan diri untuk berburu obyek foto. Selain hal tersebut lebih merepotkan saya, dari awal saya berpendapat bahwa di sekitar kita banyak obyek yang menarik untuk dipotret. Pada saat berangkat ke kantor, pulang dari kantor, rehat di antara pekerjaan, perjalanan proyek, hingga waktu tunggu yang semula membosankan, saya isi dengan mengambil gambar lewat kamera saku. Saya menjadi lebih menikmati “waktu antara” ini dan percayalah: ada saja momen sekilas yang langsung terlihat menarik untuk dipotret atau baru terlihat menarik setelah diunggah ke komputer.

Tidak perlu patah semangat jika belum berhasil memilih dari koleksi: seringkali dari sekitar tiga puluh foto yang tersimpan, saya hanya mengambil 2—5 foto untuk “dipajang” di blog foto. Sisanya saya biarkan di komputer pribadi dan suatu saat paling akan saya simpan di cakram optik misalnya. Untuk sebuah obyek saya selalu mengambil minimal dua kali pemotretan dengan sudut yang digeser sedikit. Nanti setelah diamati di komputer, barulah terlihat foto yang bakal dipilih. Beruntunglah kita sudah menggunakan kamera digital yang siap dioperasikan dengan sangat murah. Hasil yang tidak berkenan tinggal dihapus. Bayangkan jika dibandingkan dengan ongkos pemotretan menggunakan film seluloid yang dapat menelan Rp 100.000,00 untuk setiap rol.

Karena setiap orang memiliki pendekatan masing-masing untuk mengisi blognya, saya menggunakan hal yang sama dengan tulisan untuk blog foto, yakni resep spesifik dan berusaha fokus. Dengan kondisi tanpa bekal ilmu fotografi yang memadai dan modal peralatan pas-pasan, saya harus memilih sudut pandang yang menarik (setidaknya untuk saya sendiri) dan mudah diambil.

Atas dasar alasan tersebut saya berusaha sebanyak mungkin “bercerita” tentang kondisi sehari-hari dan sedapat mungkin lewat kamera saku saya bertutur. Hal ini kian menjadi mudah setelah saya sadari foto-foto jenis lain — seperti percobaan saya dengan jenis “dalam ruangan” — belum membuahkan hasil yang memuaskan dibanding petualangan di jalanan atau di tempat menunggu.

Sebuah tempat yang menyenangkan untuk memajang hasil karya pemotretan juga berpengaruh besar. Saya belum tahu kemungkinan bereksperimen blog foto di tempat yang serius seperti Fotografer.net misalnya; dari pengalaman saya bergabung di sana, situs tersebut lebih berkonsentrasi pada perbincangan di seputar ilmu dan teknik fotografi alih-alih bersenang-senang dengan fotografi. Situs lain yang menyediakan layanan penyimpanan foto dan gambar sangat banyak jumlahnya di Internet, termasuk kemungkinan memasang perangkat lunak galeri foto di tempat hosting pribadi.

Bagi saya, Flickr adalah situs yang menyenangkan. Selain menyediakan alat bantu yang lengkap untuk pengolahan dasar gambar seperti rotasi dan perbesaran, pengelolaan foto, penggunaan tag (hai, sekarang Web 2.0!), koleksi, jejaring sosial, dan grup foto. Betul, Flickr memang “dikomplain” oleh sebagian orang karena sejumlah fasilitas baru disediakan dalam kapasitas besar jika pemakai berlangganan edisi berbayar.

Justru dengan kedatangan teman-teman baru blog foto dan grup “aneh-aneh”, Flickr Pro — edisi yang berbayar — itu menjadi tantangan. Apabila aktivitas pemotretan saya sudah lebih rutin lagi, besar kemungkinan akun Pro tadi diperlukan. Ini menambah “investasi” saya di ranah maya, menambahi ongkos yang sudah dikeluarkan untuk tempat hosting dan nama domain. “Grup aneh” ini misalnya untuk foto Warteg, saya diundang untuk memasukkannya ke grup People Watching or with a TV.

Seperti keasyikan di sela-sela menulis, memotret tema tertentu dan memajangnya di Flickr menjadi motivasi untuk menampilkan foto-foto baru. Lisensi yang saya gunakan pun serupa dengan tulisan di blog, yakni Share Alike. Walau amatir, saya mencoba sedikit “nekat” menjual pekerjaan foto saya untuk keperluan donasi. Lebih tepatnya: jika ingin menghargai pekerjaan saya memotret dalam bentuk uang, saya dengan tangan terbuka akan menerima bayaran tersebut dan meneruskannya untuk sedekah. Apakah ini akan membuahkan hasil dalam bentuk uang? Tetap optimis dan tunggu saja…

Apakah saya akan menjadi fotografer dengan menekuni blog foto? Pertanyaan ini mirip dengan kaitan penulis blog dengan jurnalisme: apakah saya telah menjadi jurnalis? Saya agak mengabaikan urusan tersebut. Yang lebih penting saat ini adalah mengisi situs Web (terutama produk dalam negeri) dengan materi yang diharapkan bermanfaat. Biarlah disebut blog foto atau julukan lainnya.

Tulisan di blog dan potret di blog foto saya isi dengan rona tertentu — yang saya rasakan sebagai “keseriusan” atau ditengarai juga sebagai “idealisme” oleh orang lain.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/80

5 Comments

flickr di jadiin fotoblog? rasa ‘blog’ nya sih agak kurang.. makanya beberapa orang yang menggunakan blogger sebgai fotoblog nya [dengan foto hotlink dari flickr :P ] ..

ah.. udah lama gak bersenang-senang dengan foto-foto.. nanti kita hunting bareng di Indonesia Mas Amal? keluar masuk gang-gang Bandung atau sedikit menikmati asap knalpot macetnya jalanan sambil mencari objek foto?

saya setuju bahwa di sekitar kita banyak obyek yang menarik tanpa kita perlu hunting secara khusus :) salah satu keuntungan foto di jalanan (street photography) adalah tidak pernah ada dua foto yang sama walaupun diambil dari satu lokasi yang sama. Amal bisa foto di warteg setiap hari dan dapat gambar yang berbeda setiap kalinya ;)

Terima kasih semua, sudah menyempatkan diri menulis komentar di atas. :)

Betul, blog foto saya cukup di Flickr — setidaknya untuk saat ini. Kelengkapan fungsional dan situasi “sehari-hari” di sana menyenangkan.

Berburu foto di Bandung? Boleh saja. Suka-suka saja, nanti foto menarik akan datang sendiri. ;)

Eh, agar berimbang, saya bukan hanya memotret Warteg lho, Starbuck juga ada. Hehehe…

hi..mas kan tau sastra aku bukan mau kasih komentar sekarang tapi aku minta ajarin tentang cara nulis yang baik,

Google Friend Connect

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on November 30, 2006 11:18 PM.

KBBI was the previous entry in this blog.

Saddam is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

Pages

  • About
  • Contact
OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261