Kemarin, satu hari setelah Hari Kemerdekaan RI, salah seorang teman lama, Fauziah Swasono, menyapa saya lewat Yahoo! Messenger. Karena status yang saya pasang sengaja diisi kalimat yang bernuansa Hari Kemerdekaan, pertanyaan pertama dari Fauziah langsung tentang sikap saya terhadap kondisi negara kita: optimis, sedih, atau biasa saja?
Saya juga langsung menjawab tanpa didasari pemikiran panjang,
Saya tetap optimis, sekalipun agak khawatir kalau misalnya jadi
pecah dengan tidak benar.
Barangkali terdengar terlalu
membesar-besarkan masalah, namun salah satu suplemen Harian Kompas
yang saya baca pada Agustus 2000 — setahun sebelum saya
meninggalkan Indonesia — berisi tentang resiko demokrasi untuk
negara-negara yang dianggap “belum siap” dan ancaman disintegrasi di
Indonesia.
Reaksi Fauziah yang hari-hari ini sedang mengunjungi Indonesia (dia
sendiri sedang menyelesaikan program doktoral di Hitotsubashi
University, Tokyo, Jepang)
menjawab lebih realistis, Dugaan gua sih pecah mungkin
nggak, tapi perbaikan akan memakan waktu sangat
panjang.
Dia melanjutkan dengan kekhawatiran bahwa
Indonesia mengalami stagnasi seperti halnya Filipina pada beberapa
tahun terakhir ini yang menyebabkan antara lain terjadi lonjakan
imigrasi keluar dari negara itu.