Ke Surga dengan Java

| 1 Comment | No TrackBacks

Warkop DKI, yang dulu dimotori oleh Dono, Kasino, dan Indro, pernah mengeluh di Kompas Minggu bahwa melemparkan lawakan yang menyinggung profesi tertentu dapat beresiko di Indonesia. Jangankan profesi yang punya backing kuat, persatuan Satpam saja bisa protes apabila profesi mereka “diolok-olok” di panggung. Alhasil Warkop DKI selalu mengenakan seragam dinas dari tempat antah berantah apabila hendak menampilkan profesi tertentu secara karikatural.

Mendiang E.W. Dijkstra, salah seorang pakar TI Belanda, dengan ekspresif berujar, Pemakaian COBOL merusak pikiran; oleh karena itu pengajaran bahasa tersebut sepatutnya dianggap sebagai tindakan kriminal. Tidak tanggung, Dijkstra menggunakan kata cripple untuk istilah merusak yang menurut kamus Oxford Advanced Learner’s diberi keterangan “bersifat ofensif”.

Nasib COBOL memang menjadi bulan-bulanan olok-olok di lingkungan TI. Chalapati, demikian salah satu penulis humor eksentrik di sebuah mailing-list, sekali waktu bercerita tentang seorang kakek. Orang paruh baya ini menghampiri seorang anak muda dan menyatakan keinginannya belajar bahasa pemrograman Java. Kita tahu, Java adalah produk papan atas akhir abad lalu, sehingga pernyataan kakek tadi sedikit mengejutkan anak muda tersebut.
Anak muda: Untuk apa kakek belajar Java? Usia kakek juga sudah lanjut.
Kakek: Saya dengar di sorga nanti penghuninya menggunakan Java, jadi saya perlu persiapan.
Anak muda: Iya kalau kakek masuk surga, bagaimana seandainya pergi ke neraka?
Kakek: Kan saya sudah menguasai COBOL.

Menyerang dengan kelakar yang ofensif harus sedikit tahu latar belakang subjek yang akan ditembak. Tidak perlu menjadi pakar. Karena saya juga bukan ahli matematika namun tetap merasa perlu bergelut dengan angka, jadi saya sampaikan penghargaan kepada teman ahli matematika, “Matematika itu hebat, luar biasa, namun saya hanya perlu bilangan bulatnya.” Dan siapa yang tidak ragu-ragu dengan prediksi hasil statistik? Ucapan yang pernah dilontarkan Mark Twain begitu mengena, Ada bohong, bohong besar, dan statistik. Pun jika saya ditanya balik, “Apakah kamu yakin dengan pendapat tersebut?” Saya sedikit berkompromi dengan faktor eksternal, “95% saya yakin, 5% sisanya kita beri jatah untuk statistik deh.”

Demikian halnya dengan Kimia yang merupakan salah satu subjek yang tidak saya kuasai semasa sekolah, saya selalu memberikan apresiasi, “Bagaimana disebut Tabel Periodik, jika dalam satu golongan begitu banyak perkecualian dan tinggal dua elemen yang sama sifatnya.” Sebelum saya menuai komentar atau perbaikan yang lebih semestinya tentang hal ini, saya harus menyebutkan di sini bahwa saya sudah tidak berminat mempelajari warisan Mendeleyev tersebut.

Tentu saya masih ingat salah satu teguran seorang wanita kepada Thales, “Tuan begitu ahli melihat peta bintang di waktu malam, sedangkan kaki tuan sekarang terperosok ke dalam selokan.” Soalnya salah satu teman yang memang profesinya menghitung koordinat di muka bumi dan benda-benda angkasa, sudah beberapa kali tersesat atau salah nomor naik bis.

Terkadang istilah yang saya gunakan juga sebenarnya bertujuan menyederhanakan kalimat yang rumit. Setelah mendengar penjelasan bidang penelitian yang dilakukan teman yang bersinggungan dengan Fisika, Biologi, dan Kimia, saya sodorkan pengertian yang lebih sederhana, “Oh, IPA Terpadu…” Beberapa bulan kemudian saya memperoleh pasangan untuk singkatan IPA tersebut, yakni IPS: Informatika Padahal Sastra. Biang singkatan baru ini adalah salah seorang teman yang sedang mengambil kuliah di Alfa-Informatica, cabang baru dari Fakultas Sastra dikaitkan dengan pengolahan dengan komputer. Persoalan kata padahal ini yang menjadi jenaka, mengingat salah satu guyonan yang saya dapat di Bandung, Universitas Padahal Institut… wah, tidak usah dibuat eksplisit, nanti banyak yang berang dengan penyebutan di sini!

Humor yang baik adalah yang bersifat introspeksi, yang menertawakan diri sendiri. Karena di situlah kebijakan dimulai; sekalipun baru bijaksini belum bijaksana. Biasanya setelah ribut berdebat tentang bermacam-macam topik, ada seorang teman yang menutup, “Ah, anak Informatika: menguasai semua topik kecuali pemrograman.” Itu ungkapan jujur yang saya peroleh dari bangku kuliah.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/33

1 Comment

Walah, Mendeleyev itu asik lho. Coba jembatan keledai yang ini: Bemo mogok cari setoran barang. Atau yang ramai juga Heboh negeri arab karena serangan radon. (Coba tebak kedua jurus itu untuk menghafal bagian mana dari tabel Mendeleyev). Yang lebih asyik lagi, demi perburuan mengisi tabel Mendeleyev, sampai ada ilmuwan yang nekat memalsukan data penemuan elemen baru. Opo tumon?

Google Friend Connect

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on December 23, 2003 6:39 AM.

Ik Kom Uit Indonesiƫ was the previous entry in this blog.

Tata Letak Baru is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

Pages

  • About
  • Contact
OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261