Gundul

| 1 Comment | No TrackBacks

Hari Minggu pagi yang lalu, untuk ketiga kalinya rambut saya dipangkas habis. Benar-benar tandas, karena saya pilih ukuran “maksimum habis” dari skala pisau cukur elektrik, dan sedikit istimewa karena operasi sapu habis ini dilakukan sendiri. Modal lainnya cuma cermin, selembar koran, dan sikat gigi bekas untuk membersihkan ujung pisau cukur. Tapi apa istimewanya? Bukankah beribu-ribu orang pagi itu juga menggunduli batok kepalanya?

Tentu saja pada kejadian ketiga ini sudah berkurang banyak perasaan istimewa tersebut; paling hanya sedikit gembira bahwa akhirnya saya mulai belajar mencukur. Praktis model yang dikuasai juga hanya satu: sikat habis. Pertama kali diputuskan untuk gundul di awal tahun ini, sedikit banyak perlu alasan yang cukup jenaka agar pengalaman ini bisa diterima.

Untuk audiens yang peduli dengan ekonomi Belanda yang sedang prihatin, namun lebih menyedihkan lagi negeri kita, maka saya kemukakan bahwa dengan keputusan ini saya menghemat devisa negara dari dipakai ke kapsalon. Sedangkan dari sisi gaya rambut, tanpa rambut juga merupakan mode tersendiri. Kalau mau dicarikan namanya barangkali naturalisme, ah bukan… alam tidak selalu gundul: nihilisme lebih cocok. Seorang teman lain mengemukakan bahwa dengan berambut pendek, apalagi tanpa rambut, akan menambah jam tidur. Penjelasannya cukup berliku: penghematan jam menyisir rambut dapat dikumpulkan dalam satu hari dan akumulasinya dialokasikan ke jam tidur. Dengan demikian terbetik oleh saya bahwa alasan itu bisa dikiaskan untuk jam pemakaian Internet, “Supaya jam chatting dapat ditambah”, misalnya. Ada pula yang berspekulasi bahwa terjadi penghematan pemakaian sampo. Jika sampo dihemat, bagi ekonom dana tersebut akan dipindah ke sektor lain, sedangkan buat para ekolog alasan tersebut disukai karena mengurangi resiko limbah sampo.

Jika demikian, apakah alasan yang lebih sebenarnya dari berlaku gundul? Saya masukkan saja sebagai kasus gelap (dark number case) seperti yang sering disebut oleh para polisi. Atau saya peti-eskan layaknya banyak perkara di pengadilan.

Oh ya, kebetulan juga hari Senin kemarin bulan Ramadhan dimulai, jadi saya tambah satu lagi, “… dalam rangka menyongsong bulan Ramadhan.”

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/27

1 Comment

atau dalam rangka jadi redaktur? :D

Google Friend Connect

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on October 28, 2003 7:15 AM.

Campus Agreement dan Open Source was the previous entry in this blog.

Saya Pilih ... is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

Pages

  • About
  • Contact
OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261