Nol

| No TrackBacks

Seorang turis Amerika menjumpai seorang India yang sedang enak-enakan duduk berjemur di pantai. Si Amerika langsung menghampiri dan bertanya, “Kenapa kamu bermalas-malasan duduk di sini dan tidak mau memancing ikan?”

Orang India tersebut balik bertanya, “Untuk apa?”

“Dengan memancing ikan”, demikian turis Amerika itu memulai penjelasannya, “Engkau dapat mengumpulkan uang. Uang itu sebagian dapat engkau tabung untuk dibelikan jala; dengan begitu engkau dapat ikan lebih banyak lagi. Engkau kumpulkan lagi untuk dibelikan kapal; kemudian engkau kumpulkan lagi, sehingga bisa engkau dirikan pabrik pengolahan ikan. Engkau bisa usaha sendiri, dan mendapat keuntungan berlimpah. Dari keuntungan itu, engkau bisa berlibur dan berjemur di pinggir pantai…”

“Tuan, bukankah saya sekarang ini sudah berjemur di pinggir pantai?”

Cerita jenaka di atas adalah ingat-ingatan saya dari Mati Ketawa Cara Rusia, salah satu buku humor terjemahan laris yang diterbitkan oleh Grafiti Pers. Demikian juga di mailing-list humor yang saya ikuti, ada tulisan kontemplatif dari Chalapati di bawah ini,

A person asked God, “What surprises you most about mankind?”

And God answered:
“That they lose their health to make money and then lose their money to restore their health. That by thinking anxiously about the future, they forget the present, such that they live neither for the present nor the future. That they live as if they will never die, and they die as if they had never lived…”

Pandangan tentang nol ini, yang saya terjemahkan dengan sekenanya menjadi “apa bedanya?” terinspirasi juga oleh beberapa tulisan Emha Ainun Nadjib. Salah satu gambaran yang mudah diingat adalah roda pedati yang dalam ujar-ujaran pakem disebutkan setelah di bawah, suatu saat akan di atas; namun pada kenyataan, boleh jadi seseorang berada di bawah terus sepanjang usianya. Namun disambung di tulisan lain bahwa, “Untuk bersyukur tidak harus menunggu.”

Pengertian sukses sendiri itu apa? Karena anggapan-anggapan lama harus dienyahkan dalam memahami perjalanan hidup yang bisa jadi “tidak sukses”, maka menjadi sukses atau tidak sukses itu sama saja. Seseorang boleh saja disebut tidak sukses sampai ajal datang, namun mudah-mudahan hidupnya dipenuhi dengan puji syukur.

Jadi semua itu nol, impas, lunas, seimbang, atau secara sembrono boleh disebut, “Apa bedanya?”.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/8

Google Friend Connect

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on February 17, 2003 2:58 AM.

Roda Pedati yang Seret was the previous entry in this blog.

Fatwa Produk Rekaman Bajakan is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

Pages

  • About
  • Contact
OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261