Masjid Selwerd

| 1 TrackBack

Karena Groningen adalah kota kecil (sekalipun terbesar untuk daerah utara Belanda), tidak banyak pilihan masjid di sini. Yang paling populer, tercatat di Buku Kota Groningen (stadsgid), adalah yang terletak di Park Selwerd. Konon, bangunan mesjid ini dibeli dari bekas gudang pertanian (boerderij), sehingga bentuknya masih menyerupai gudang kecil di pinggir taman. Secara fisik bangunan dari luar, agak susah menyangka bahwa ini adalah sebuah masjid.

Saya pernah mencari masjid di sekitar stasiun Utrecht, kota di daerah tengah Belanda yang lebih ramai dibanding Groningen, “Where can I find a moskee?” Eh, malah ditanya balik, “Turki or Marokkan?” Ya ampun, masak untuk sholat harus memilih kebangsaan, “Anything. I just want to pray, which is the nearest one?” Tapi dalam hati jadi terbetik pikiran, coba kalau imigran dari Indonesia membawa Islam juga, bisa menambah pilihan kan? Belum lagi kalau yang datang masih membawa embel-embel organisasi, bisa tambah bikin pusing, “What IndonesiĆ«? NU, Muhammadiyah?”

Jangan harap mencari masjid karena ada kubah, menara, atau suara adzan. Kalau agak besar seperti di Utrecht, lumayan, terdapat papan nama di luarnya. Lokasinya satu blok dengan rental video dan beberapa toko kelontong. Di Groningen, adzan dilakukan di dalam ruangan dengan pintu dan jendela tertutup, jadi tidak ‘mengganggu’ masyarakat sekitarnya.

Jamaah di masjid Groningen terdiri atas tiga kelompok besar: orang-orang Arab dari berbagai negara, orang-orang hitam/negro dari beberapa negara di Afrika, dan ras mongoloid. Hebatnya, sampai hari ini untuk jamaah ras mongoloid hampir semua dari Indonesia. Jadi kalau terlihat rambut hitam lurus, mata agak sipit, dan perawakan kecil, kemungkinan disapa, “Apa kabar?” Ada juga jamaah bule dari Belanda, tapi jumlahnya hanya beberapa orang saja. Tentu saja, orang Arab dominan dan bahasa pengantar yang dipakai jelas Arab. Teman saya ada yang berkomentar begini, “Pokoknya yang saya mengerti kalau sedang khotbah, kalau ada Muhammad terus disahuti sallawahu alaihi wasallam…”

Gara-gara bahasa ini pula menimbulkan implikasi. Jamaah bangsa Arab umumnya masih fasih berbahasa moyangnya, jadi tidak masalah. Jamaah dari Afrika sudah lama tinggal di Belanda, jadi mereka berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Nah, mahasiswa dari Indonesia sebagian besar hanya tinggal untuk waktu setahun, alhasil malah ‘aneh’ sendiri menggunakan bahasa Inggris. Tidak sambung dengan sebagian besar orang Arab atau Afrika di masjid. Pekan kedua, teman kami dari Jakarta, dengan jujur mengemukakan uneg-unegnya, “I can not understand anymore”, tentang ceramah singkat setelah taraweh. Alhamdulillah, besoknya, warga negara Sudan, yang di negaranya sudah terbiasa menggunakan Arab dan Inggris, bersedia menjadi penerjemah langsung.

Selama bulan Ramadhan tidak ketinggalan acara buka bersama khas Timur Tengah. Ada tiga meja panjang dijajarkan, kursi melingkar, ada nampan besar diisi nasi kebuli, daging ayam, dan roti bolu. Semua makan bareng langsung ambil dari nampan itu. Ada juga yang menggunakan piring. Yang jelas ramai dan bersama-sama. Siapa saja yang datang langsung diajak bergabung. Kesempatan yang baik karena kebetulan lokasi masjid dekat dengan kompleks universitas di Zernike. Lagi-lagi menguntungkan bagi mahasiswa dari Indonesia yang menjalankan ibadah puasa…

[*] Belakangan baru saya mengerti kondisi tersebut antara lain disebabkan imam yang diangkat untuk Masjid Selwerd — didatangkan dari Maroko — belum bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Belanda.

1 TrackBack

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/3

Al Quran Beda Ejaan from Serambi deGromiest on January 11, 2004 10:37 AM

Al Quran Beda Ejaan — Indra Muliawan Read More

Google Friend Connect

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on February 16, 2002 1:43 AM.

Romantisme dan Nostalgia was the previous entry in this blog.

Sastra Sisi yang Lain is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

Pages

  • About
  • Contact
OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261