Setelah menyadari kepentingan untuk melakukan hal yang lebih benar, pertanyaan yang kerap muncul: dari mana dapat dimulai?
Persoalan begitu banyak dan berjalin berkelindan. Sudah berniat membuang sampah dengan benar, ternyata tempat sampah tidak tersedia. Hendak menyeberang, kelengkapan dasar jalan raya seperti marka jalan dan tempat penyeberangan tidak ditemukan. Mengurus administrasi yang sangat mendasar seperti KTP pun sulit mendapatkan prosedur yang baku.
Memang benar, dengan banyak persoalan mudah pula dipilih satu hal untuk dibenahi. Dari bangun tidur hingga bersiap tidur kembali semua ladang ibadah perbaikan keadaan, menurut sebagian dari mereka. Kerjakan saja kebaikan, tidak perlu menjadi repot memilih-milih. Hingga muncullah jargon, “mulai dari diri sendiri.”
Pendekatan ini mulai terlihat membosankan: efisiensinya rendah.
Seperti disebut oleh Iping Supriana, dosen Informatika ITB, Seperti melukis di
atas air: pekerjaan yang banyak dan menyibukkan, namun hasilnya
lenyap begitu saja, tak berbekas, terbawa air.
Kesulitan lainnya
adalah faktor kebosanan dan kesepian. Bosan mengulang hal yang berat
dan mempertimbangkan banyak hal. Hendak melakukan hal yang sederhana
pun perlu ditimbang-timbang mengingat belum tentu itu sederhana di
lapangan. Benarkah bantuan saya sampai ke tujuan yang tepat?
,
adalah contoh pertimbangan penambah. Kesepian jika diingat mereka
yang berjuang keras “berbeda dengan kebanyakan orang” umumnya juga
pahlawan “seorang diri.”
Jadi bagaimana?
Tidak akan ditulis jawaban tunggal di sini, karena kondisi sangat bervariasi, baik individu ybs. juga sekelilingnya. Yang terpikir oleh saya: tetap perlu keseimbangan antara seorang penggagas yang teguh hati, mau mendobrak, lepas dari kekeliruan berjamaah; sedangkan di ujung sana, diperlukan sedikit teman dengan ide dan semangat yang sebanding, untuk memulai perubahan ke arah lebih baik.
Tema pendobrakan dan pertemanan ini sederhana saja: pilih sesuatu yang menarik dan dijadikan komitmen untuk dikerjakan. Tema tentang disiplin lalu lintas, lingkungan, atau penghematan energi adalah beberapa contoh yang dapat dipilih. Yang penting semua pihak dalam pertemanan tsb. merasa menyukai pilihan mereka.
Seperti mendirikan jamaah baru sendiri? Tampaknya begitu, dengan tujuan dapat saling mengingatkan dan menguatkan. Atas dasar itulah komunitas kecil tumbuh beragam, setidaknya sekarang menjadi potensi di Kota Bandung. Menumbuhkan semangat dimulai dari kelompok juga relatif lebih mudah diterima publik dibanding kebanggaan diri sendiri, yang potensial menjadi persoalan.
Sampai batas wajar, moderat, lewat cara ini dapat dimulai swadaya kegiatan mandiri. Jika pengaruh organisasi kian menguat, bukan tidak mungkin memiliki nilai tawar baik dan dapat mempengaruhi pengambil keputusan.
Kendala akan selalu ada, antara lain pertentangan dalam kelompok kecil itu sendiri. Ini wajar, risiko berserikat di mana-mana. Yang penting visi kelompok tetap dipertahankan. Mengelola kelompok kecil lebih mudah dan menyenangkan. Sebelum berpikir jika sudah besar nantinya, nikmati dulu kebersamaan jamaah kecil tadi. Itu akan membawa aura keriangan pada fase-fase berikutnya.
Anda punya saran lain untuk memulai?
Bagus sekali, Kang. Tulisan-tulisannya.