Setelah melewati perjalanan menulis artikel secara berserakan di beberapa Weblog yang saya urus, tibalah saatnya untuk mengumpulkan perca-perca tersebut sebagai keluarga besar. Tujuan pertama pengumpulan ini dalam rangka integrasi kekuatan sumber daya yang saya miliki. Saya tidak sedang membayangkan kekuatan ini diartikan seperti pertandingan WWE yang berisi badan-badan besar berotot, akan tetapi lebih senang dengan gaya berkelahi Kung Fu Boy yang melakukan semedi dan senam terlebih dahulu untuk mendapatkan hakekat jurus yang akan digunakan dan kekuatan inti dari tubuh yang lemah. Jika perlu tenaga dahsyat lawan dimanfaatkan balik untuk memukul dirinya sendiri.
Memang siapa lawan saya? Saya ingat almarhum guru Matematika di
SD, Bapak Sudjoko, yang
menyebutkan dengan singkatan Bakmi, yakni: Bodoh,
Arasarasên, Kêsét, Malês, Isinan
(Bodoh, Ogah, Kurang Rajin,
Malas, Pemalu). Alhasil, saya harus mengatasi lawan-lawan tersebut,
dengan meditasi dan senam agar ruas jari tetap cukup kuat untuk
menyalurkan gagasan dari otak.
Dengan integrasi Weblog, titik berat yang saya pilih terdiri atas dua bagian utama: pertama, aktivitas menulis akan diakomodasi di Coret Moret Amal. Saya masih suka bermain-main dengan ungkapan dan akrobat kalimat, terkadang sedikit mengandung unsur sastra dan budaya (setidaknya dalam pengertian saya yang terbatas), dan salvo-salvo humor. Termasuk saya siapkan sebuah tempat berbasis Wiki untuk aktivitas tulis-menulis ini, sehingga bisa diikuti lebih banyak orang, di Ayo Menulis!. Salah seorang teman yang memotivasi saya dalam hal menulis, Eva Y Nukman, ikut menjadi kontributor di sana. Eva sendiri adalah penerjemah yang aktif dan pernah menyelesaikan sebuah buku karya berkelompok. Dengan kata lain, dia lebih berpengalaman dalam urusan menulis.
Bagian kedua integrasi ini adalah warisan pengetahuan informatika yang sempat saya enyam dan sampai hari ini masih saya nikmati. Jauh dari gambaran ahli yang hebat dalam bidang ilmu tersebut, saya menikmati pengetahuan tentang komputer sebagai bagian dari hari-hari yang indah. Misalnya server Web perlu tambahan modul, saya mencarikan cara melengkapi dan otak-atik konfigurasi; atau, instalasi MT perlu sedikit tambahan untuk operasi string, saya buatkan skrip singkat sekali dan dipasang sebagai plug in. Dari sangat sedikit yang dimengerti, saya beri tekanan berupa perhatian pada persoalan TI untuk mereka yang berjuang dengan budget rendah — dari situlah, muncul #direktif. Di situs Web tersebut juga dilengkapi sebuah Wiki, Wiki#direktif, berisi materi sejalan dengan misi #direktif. Sekali lagi sebuah kebetulan, salah seorang teman sekaligus guru pengetahuan praktis jaringan dan Linux (lebih tepat lagi provokator Debian GNU/Linux), Andika Triwidada, bergabung menjadi kontributor.
Sekaligus untuk mengukur potensi dari situs-situs tersebut — dalam arti manfaat dan sentuhan kepada pengunjung — saya berusaha menggunakan promosi secara natural. Lebih baik pengunjung datang dan melihat manfaat di sana daripada diajak-ajak lewat pengumuman yang saya buat sendiri. Promosi paling jauh cukup lewat signature di bagian bawah email atau artikel di forum diskusi. Saya memperoleh respon yang hangat dari beberapa pengunjung (terima kasih!) dan sekali waktu nanti akan saya tuliskan secara khusus. Yang jelas, balasan email terhadap respon yang masuk saya prioritaskan.
Jadilah kumpulan Weblog tersebut saya pasak menjadi satu, dengan tata letak yang sama dan dibedakan dengan warna. Sekaligus di sinilah kelemahan saya: desain tata letak! Saya hanya bisa berdecak kagum melihat parade di CSS Zen Garden, Stop Design, atau produk dalam negeri TicTacToe, dan terpikir: wah, kapan saya bisa punya duit untuk membayar salah satu dari mereka membuatkan desain situs Web saya? Jadilah situs yang miskin desain grafis ini untuk sementara harus puas dengan permainan jenis font dan mengandalkan blok dan warna CSS.
Sekarang tentang kesempatan: manfaat apa yang dapat dipetik lebih jauh? Bagaimana dengan AdSense dari Google jika dipasang di salah satu bagian? Saya lihat Mark Pilgrim dan Matthew Mullenweg memasang di halaman mereka. Jangan dulu… Sekalipun mendapat tambahan uang tentulah menyenangkan, namun saya masih ingin tempat tinggal ini bersih dan menyenangkan terlebih dulu untuk tamu.
Yang sempat terpikir oleh saya adalah menyediakan cara kepada pengunjung untuk melakukan donasi yang akan disalurkan kepada pihak yang memerlukan lewat sebuah badan yang kredibel. Sekali lagi, bukan untuk saya. Kemungkinan ini sedang dijajaki dan apabila saya dapatkan kerja sama dengan organisasi yang berkecimpung pada urusan tersebut, halaman donasi akan dipasang.
Sekaligus, agak percaya diri — dan permisi: apakah pantas di antara tulisan saya yang dapat diterbitkan dalam bentuk edisi cetak? Sekali lagi tujuannya bukan untuk saya, melainkan dikirimkan sebagai donasi kepada mereka yang membutuhkan. Kalau dianggap saya “gila publikasi” (he… he… barangkali ada yang berpendapat seperti itu), silakan diatur redaksionalnya, yang penting disebutkan URI artikel yang dicetak. Hal ini karena lisensi yang saya pilih menggunakan kesepakatan tersebut dengan tujuan manfaat bersama. Apabila ada di antara pengunjung yang mempunyai pandangan lain tentang kerja sama produk yang saya hasilkan (ya tulisan itu), silakan kontak saya.
Sekali lagi: tujuan semua kesempatan yang dipaparkan di atas bukan pemasukan dalam bentuk uang untuk saya, melainkan manfaat yang lebih luas bagi orang lain yang lebih memerlukan. Saya juga tidak akan merusak lisensi yang telah dipilih, yang implikasinya antara lain semua orang berhak menggunakan sumber daya di sini dengan cuma-cuma.
Ah, kekuatan, kelemahan, kesempatan, berarti terakhir adalah ancaman. Apa ancaman bagi saya? Rasanya belum ada dan tidak perlu diada-adakan. Rangkul ancaman itu menjadi peluang positif. Bagaimana apabila sumber daya yang saya miliki tidak mencukupi lagi untuk melanjutkan “pesta” ini? Ya sudah, saya berhenti: dengan senang hati saya berharap orang lain akan menyelenggarakan “pesta” lainnya dengan lebih baik.
Selamat menikmati!