Kalkulator /1

| 1 TrackBack

Pertama kali saya mengenal sebuah kalkulator, waktu Bapak membelinya untuk dipakai di rumah dan di Toko Sadar. Kalkulator itu masih menggunakan transistor dan ukurannya cukup besar, kira-kira dua pertiga ukuran batu bata yang digunakan di Indonesia. (Beberapa tahun kemudian setelah alat itu rusak dan dibongkar, memang terlihat isinya penuh dengan transistor, sehingga menyita tempat) Masih menggunakan teknologi elemen-8 yang menyala aktif sehingga boros daya, kalkulator tersebut bahkan masih belum bisa memunculkan tanda negatif dan overflow di panelnya, melainkan diwakili oleh LED di atasnya. Tentu saja, fungsi yang dimiliki “kalkulator tukang sayur” ini adalah empat buah operasi dasar aritmatika plus akar kuadrat. Empat buah baterai AA-4 menambah berat peralatan tersebut, dan itu pun perlu sering diganti baru.

Sudah barang tentu pada masa kelas 1 atau 2 SD itu — sekitar tahun 1977 atau 1978 — kalkulator “batu bata” tersebut terlihat menakjubkan. Penjumlahan dan perkalian sebanyak apapun dengan entengnya dikerjakan. Kesulitan saya dengan modal Matematika yang saya kuasai saat itu adalah tombol akar kuadrat dan desimal. Hasil akar kuadrat benar-benar saya anggap aneh, dan sedikit agak faham untuk angka-angka 4, 9, 16, dan sejenisnya. Sedangkan dengan tanda desimal sempat saya salah-pengertian sebelum dijelaskan di sekolah. Karena di kelas 2 SD baru diperkenalkan pecahan, saya menyangka desimal adalah representasi tanda pecahan tersebut. Jadilah saya anggap 1.2 misalnya, sebagai ½ — dan tambah membingungkan jika dioperasikan secara aritmatik.

Setahun kemudian kalkulator dengan ukuran lebih kecil dan lebih hemat catu daya mulai saya kenal. Sharp adalah merk pertama kalkulator yang saya tahu, baik yang menggunakan penampil elemen-8 dengan ukuran lebih kecil dan berikutnya generasi LCD yang sangat hemat baterai. Pada saat itu pula saya berkesempatan membongkar sebuah kalkulator dengan penampil LCD dan menyadari betapa praktis isinya: beberapa lapis plastik untuk respon input dan hanya sebuah IC untuk komputasi. Puluhan transistor di dalam kalkulator “batu bata” sudah dimampatkan dalam sekeping IC berukuran setengah kotak korek api!

Kecuali untuk membantu perhitungan bon pembelian di Toko Sadar - yang dalam jumlah banyak item dipercayakan oleh Ibu untuk dihitung menggunakan kalkulator olehku - saya sudah tidak terlalu tertarik dengan kalkulator. Fungsi dasar empat operasi aritmatika tersebut… ya, begitu-begitu saja. Paling “hiburan” sambil menunggu pembeli adalah bermain-main dengan akar kuadrat.

Pada tahun-tahun tersebut, salah seorang paman, Muchlas Rowi, membeli mesin hitung mekanik Olivetti. Menarik juga mencoba ketik-ketik dan mendapatkan jumlahnya. Hanya saja karena menggunakan kertas dan pita karbon untuk menampilkan hasilnya, saya tidak boleh boros menggunakan mesin hitung mekanik tersebut. Rupanya teknologi cetak di atas kertas seperti itu termasuk bertahan lama, karena mudah digunakan untuk membawa bukti hasil perhitungan. Beberapa tahun kemudian Bapak juga membeli kalkulator Casio dengan pencetak untuk urusan bukti pembayaran administrasi yang dia urus.

  1. Ibu termasuk orang yang “kurang percaya” dengan teknologi baru kalkulator. Ketrampilannya yang luar biasa dalam menggunakan cipoa (abakus) menyebabkan dia “terlambat” menerima kedatangan kalkulator. Beberapa tahun kemudian ibu sudah menggunakan kalkulator, namun hanya untuk keperluan perkalian dan pembagian. Penjumlahan tetap dihitung menggunakan cipoa.
  2. Benar, saya punya sinyalemen asal-asalan bahwa tombol akar kuadrat yang tersedia pada kalkulator “tukang sayur” sengaja disediakan untuk hiburan pemakainya jika sudah jenuh dengan empat operator aritmatika di situ.

1 TrackBack

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/13

Anak-anak sekarang belajar berhitung pada saat mereka sudah mengenal komputer -- jadi kenapa tidak sekalian diajarkan langkah-langkah mendapatkan solusi? Salah satunya lewat bahasa pemrograman. Read More

Google Friend Connect

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on March 9, 2003 4:58 AM.

Buah Pena was the previous entry in this blog.

Kalkulator /2 is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

Pages

  • About
  • Contact
OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261